Rabu, 27 April 2011

love fotograph and guitar

Agni kini sedang berada di parkiran kampusnya. Duduk diatas kap mobil jeepnya sembari memperhatikan orang-orang disekitarnya. Juga tentu saja ditemani dengan kamera kesayangannya.
“AGNIII!” panggil seseorang yang tengah berlari menghampirinya.
“kenapa ray?” tanya agni ketika orang itu telah sampai dihadapannya.
“ada yang nyariin elo tuh! Tadi dia ke kelas, tapi elonya udah ngga ada” kata orang yang bernama ray tersebut.
“siapa?”
Ray mengedikan bahunya, tanda kalau ia tidak mengetahuinya.
“sivia?” tanya agni
“bukan! Lagian sejak kapan sivia berubah jadi cowok?!!”
“yang nyariin gue cowok tho?”
“iya. Tumben banget” kata ray dengan wajah polosnya.
Agni yang mendengar ray berkata seperti itu, langsung nyureng.
“maksud lo apaan? Dikira gue gak pernah dicariin cowok apa?! Enak aja lo!” kata agni
“lah? Emang iya kan?! Ada juga, paling Cuma iel. Itupun Cuma buat nanyain sivia doang ke elo. Siapa lagi?!”
“buktinya elo sekarang ngapain di depan gue??” kata agni
“mungkin termasuk gue juga sihh”
“iyalah. Malah elo yang paling sering daripada iel. Orang catetan aja pinjem ke gue mulu lo” sungut agni
“hehehe.. itu sihh beda lagi” kilah ray
“alahh kaya bajaj aja lo! Udah ahh, terus dia dimana sekarang??”
“lagi nunggu di lobby kampus”
“ya udah deh, gue kesana dulu ya!” kata agni yang langsung loncat dari kap jeepnya dan berlalu meninggalkan ray.
Setelah sampai di lobby, agni celingukan. Ketiak Ia tengah menyapu pandangannya keseluruh sudut ruangan, tiba-tiba ada suara seseorang yang memanggilnya.
“AGNI!”
Agni menoleh kea rah sumber suara.
“ALVIN” pekik agni.
Agni langsung berlari menghampiri seorang anak laki-laki yang bernama Alvin tersebut. Yup, Alvin, salah satu temen SMA agni. Mereka dulu satu sekolah. Bareng juga sama sivia. Tapi setelah kelulusan Alvin memutuskan untuk kuliah diluar negeri. Berpisah dengan agni, dan juga sivia. Mereka bertiga ini emang sudah sahabatan sejak SMA.
“kapan balik, bro? Gila, gue kangen sama lo” kata agni yang menepuk pelan pundak Alvin.
“baru tadi malem gue sampe di Indonesia. Gimana kabar lo, ag? Udah punya pacar? Atau masih setia sama kamera lo itu?!” kata Alvin tersenyum jail sambil melirik ke arah kamera yang tergantung dileher agni.
“baik, kok! Iyalah. Harus! Elo sendiri gimana? Pasti udah nemu yang bening dong selama di aussie?!! Haha”
“haha tau aja lo! Makanya, gue kesini mau ngajak lo ketemuan ntar malem. Sekalian ngenalin dia ke elo. Gimana?”
“gue sihh oke oke aja. Tapi tempatnya dimana dulu nihh?” tanya agni
“di café biasa. Lo masih inget kan?!”
“oohh ingetlah. Gue juga masih suka kesana kok bareng via”
“ehh iya, via gimana? Gue belum ketemu sama dia nihh” kata Alvin
“ahh paling juga tuh anak sama iel”
“haha longlast juga mereka. Kapan elo mau nyusul kaya mereka?? Gue aja udah! :p” goda Alvin
“udahh ahh. Gak usah bahas itu. Gak penting banget sihh”
“haha iya dehh. Kayanya gue mesti pulang sekarang nih. Jangan lupa ntar malem. Via biar nanti gue yang hubungin”
“oke siip!” kata agni seraya mengacungkan kedua jempol tangannya.
Alvin pun melangkah keluar lobby. Setelah Alvin pergi, sayup-sayup terdengar suara dering ponsel berbunyi. Menandakan ada panggilan masuk. Agni celingak-celinguk dibuatnya.
“perasaan bukan hp gue dehh”
Agni meraba-raba tas selempangnya. Ada yang bergetar. Buru-buru agni mengambilnya.
“ohh iya. Pantes aja gue bingung. Wong bukan hp gue kok yang bunyi” kata agni yang memandangi hp yang tempo lalu ia temukan.
“mas elang?” eja agni sambil menatap layar hp yang ada di genggamannya.
“gue angkat aja kali ya”
“halo?” kata agni
“ini gue. Yang punya hp. Gue gak bisa ke kampus lo. Mungkin kita ketemuan aja. Gimana?” kata seseorang dari seberang telepon.
“ooohh. Oke. Dimana? Sekarang?” tanya agni
“terserah elo. Tapi yang pasti gue gak bisa sekarang”
“gimana kalo ntar malem? Sekalian gue ada janji sama temen gue. Tempatnya di café Luversaza(?), jam 7”
“oke” orang itu terdengar merespon dan seketika sambungan langsung putus begitu saja.
“hah dasar!” gerutu agni.
***
Waktu menunjukkan tepat pukul 7 saat agni sampai di café yang dimaksud tadi siang. Ia memarkirkan mobilnya dan langsung masuk kedalam café.
Ketika hendak masuk, agni melihat seseorang yang juga hendak masuk kedalam café tersebut. Posisinya tepat berada di depan agni.
“heii” peki agni
Orang itu menoleh.
“elo?” kata orang itu.
“iyaa, ini gue yang ngambil gambar elo tanpa ijin hehe” kata agni yang malah nyengir kuda.
“elo ngapain kesini?”
“mau balikin sesuatu sama lo”
“hp gue kan? Sini!” pinta orang itu.
Agnipun merogoh tas selempangnya, mengambil sebuah hp dan mengembalikannya.
“gak gue apa-apain kok hpnya. Cuma angkat telpon dari elo doang tadi” kata agni kemudian.
“walopun gue gak percaya, tapi thanks ya” katanya
“ihh kok gak percaya sama gue sihh??” kata agni yang asli ngambeknya dibuat-buat.
“iya. Gue percaya kok” kata orang itu seraya pergi.
Tapi tak seberapa jauh, agni langsung menarik tangannya.
“ehh, lo mau kemana?”
“pulang”
“yakin? Ini masihh jam 7 an lhoo..” kata agni
“ya terus kenapa?”
“hmm gpp! Sapa tau aja lo mau main dulu gitu disini. Makan bareng gue. Itung-itung sebagai tanda terima kasih elo ke gue” kata agni yang gatau ngarep apa gimana sama orang itu.
Orang itu mengerutkan alisnya lalu menoleh kearah tangannya yang masih dipegang agni.
Dengan reflex, agnipun langsung melepasnya. Wajahnya seketika berubah merah seperti udang rebus.
“hehe ngga kok.. becanda..!! sorry!” katanya
Orang itu tersenyum.
“emang abis ini, lo mau kemana?”
“gue mau ketemu temen gue didalem. Kalo lo mau ikut, dengan senang hati kok” kata agni tersenyum.
“gak enak sama temen lo. Mending gue pulang aja”
“ehh ngga. Dia orangnya welcome kok. Tenang aja. Yukk!” kata agni yang langsung menariknya masuk kedalam café.
“ALVIIN!” teriak agni setelah masuk kedalam dan menemukan sosok Alvin sedang duduk dimeja nomer 18.
Alvin tersenyum dan melambaikan tangannya pada agni. Masih dengan menggandeng tangan seseorang, agni melangkah menghampiri Alvin.
“hai, ag. Sama siapa nih?” kata Alvin seraya berdiri menyambut kedatangan agni.
“he?mmm..” agni menoleh pada orang disampingnya.
“gue cakka!” kata orang itu mengulurkan tangannya.
‘oohh cakka.. baru tau gue’ batin agni
“gue Alvin. Salam kenal ya bro” katanya sambil membalas jabatan cakka.
Cakka hanya tersenyum tipis menanggapinya. Terkesan cool tapi ramah.
“silahkan duduk dulu! Kalian mau pesen apa?” tanya Alvin
“apa aja deh. Semua yang ada di menu juga boleh” celetuk agni
“haha dasar! Gue pesenin air kolam ikan baru tau rasa lo” kata Alvin
“eitss enak aja lo. Ehh katanya mau ngenalin pacar elo, vin. Mana?” tanya agni
“O iya, lagi di toilet dia”
Agni hanya ber-O ria menanggapinya.
Tak lama dari itu, munculah seorang gadis dari belakang agni dan cakka. Berjalan menghampiri kea rah mereka.
“nah itu dia!” seru Alvin
Agni dan cakka pun menoleh.
‘itu kan..’ batin cakka
‘shilla?! Iya itu shilla. Gue gak mungkin salah liat. Itu bener shilla!’ pikir cakka lagi sambil tersenyum.
“waw cantik juga pacar lo, vin!” kata agni
‘hah? Apa katanya tadi? Pacar Alvin?! Shilla pacar Alvin?’ senyuman cakka memudar dalam seketika.
Yah, gadis itu adalah shilla. Ashilla zahrantiara.
“kenalin, ag! Pacar gue” kata Alvin
“agni!” kata agni seraya mengulurkan tangannya.
“shilla” ucap gadis itu.
Saat itu cakka hanya tertegun melihatnya. Sebenarnya, ingin sekali dia memeluk shilla. Tapi dia sadar dengan apa yang dikatakan agni dan Alvin tadi. Ia hanya terdiam memandangi wajah shilla yang belum sempat menoleh padanya.
‘shill…’ batin cakka
Entah karena panggilan hati cakka atau apa, shillapun menoleh padanya. Seketika, wajahnya menjadi kaku dan tegang.
“cakka?” ucap shilla pelan.
“kalian udah kenal?” tanya Alvin
“I..iya, vin! Cakka ini… temen SMA aku” kata shilla lirih
‘apa ini?’ pikir cakka
Dari wajah cakka, sangat jelas terlihat dia sangat tidak terima dengan keadaan ini. Rahang cakka seketika mengeras. Sementara Shilla menunduk entah kenapa.
“ohh, kebetulan banget kalian ketemu disini” ucap Alvin yang sama sekali tak menyadari perubahan ekspresi cakka.
Sementara agni yang berada di samping cakka terlihat bingung.
‘cakka kenapa?’ pikirnya
Dan tanpa diduga-duga, akhirnya cakka pun membuka suara.
“apa kabar, shill?” ucapnya mencoba untuk bersikap biasa.
Shilla tidak lagi menunduk. Dia menatap cakka sekarang. Entah kenapa saat menatap mata cakka, hatinya merasa sangat bersalah. Mungkin secara tak sadar, ia benar-benar telah menyakiti hati cakka.
“baik, kka! Kamu?”
“ohh bagus lah! Aku juga baik. Apalagi setelah aku ketemu agni” kata cakka melirik kearah agni.
Agni mengerutkan alisnya.
“kamu udah berapa lama sama Alvin?” tanya cakka lagi
Cakka bertanya pada shilla, seolah ia benar-benar ingin menghakimi shilla. Hatinya memang sudah benar-benar terasa sakit. Apalagi saat shilla mengakui dirinya hanya sekedar ‘teman SMA’ perih sekali rasanya. Dia merasa seperti sampah. Tidak di anggap.
“aku jadian sama Alvin setahun yang lalu” kata shilla
Ohh, bagus! Selama ini penantian cakka hanya sia-sia. 3 tahun menantikan seorang gadis yang kini telah menjadi milik orang lain.
Ini semua memang bukan sepenuhnya salah shilla, karena mengingat shilla telah memutuskan cakka. Meski sepihak. Tapi kesalahan besar yang telah dia lakukan adalah mengakui mantan pacarnya hanya sebagai teman SMAnya dihadapan pacar barunya.
“oh, kalau begitu, lebih dulu kita ya, ag?! Malah sekarang kita mau tunangan” kata cakka yang mulai mengarang prolog untuk menutupi sakit hatinya.
“hah?!” pekik agni
Cakka menoleh kearah agni. Menatap sendu. Dari tatapannya, agni merasakan kalau cakka memang sedang meminta bantuannya sekarang.
Agnipun mengangguk.
“jadi kalian pacaran? Ciie agni!” goda Alvin
Shilla memasang tampang tak percaya.
“yang bener, kka?”
Cakka mengangguk pasti. Kemudian ia merangkul agni yang berada di sampingnya.
“kayanya kita gak bisa lama-lama deh. Tadi kita ada rencana buat jalan berdua. Iya kan, ag?” kata cakka yang kembali menatap agni.
Agni kembali mengangguk lesu.
“sorry, vin! Mungkin lain kali kita bisa double date?!” kata cakka lagi
“okelahh. Gpp kok. Gue titip agni ya?!” kata Alvin yang lagi-lagi menggoda agni.
“apaan sih lo, vin? Rese deh?!” agni mulai risih dengan Alvin.
“pasti! Kita duluan ya” kata cakka yang meraih tangan agni dan berjalan beriringan menuju keluar café.
…..
Diluar café..
“lo kenapa sihh?” tanya agni
“sorry!” ucap cakka
“iya. Emang lo kenapa pura-pura kaya gini? Pake ngaku mau tunangan sama gue. Pacaran ajah ngga” kata agni
“lo gak perlu tau”
“ehh gue tuh liat ya, gimana ekspresi lo pas ngeliat shilla. Pasti ada apa-apa”
“itu bukan urusan elo”
“ya udah. Lo bilang kan itu bukan urusan gue, jadi kalo sekarang gue bilang sama shilla kalo tadi tuh Cuma pura-pura, berarti bukan urusan lo juga” kata agni seraya balik badan hendak masuk kembali ke dalam café.

“jangan! Lo gatau cerita awalnya” cegah cakka sambil menarik tangan agni.
“ya udah, makanya cerita!” kata agni yang balik narik tangan cakka menuju parkiran.
Sesampainya diparkiran, agni mengajak cakka duduk di atas jeepnya.
“tapi kalo gue cerita, lo jangan banyak tanya. Gue gak mau jawab!” tegas cakka
“iya. Udah dehh cepetan cerita. Gue pasti diem, kok” kata agni sambil mengaduk-aduk isi tas selempangnya mencari sesuatu.
“shilla pacar gue” uacap cakka.
Seketika, agni langsung menghentikan aktivitasnya.
“yang bener, lo?”
“gue udah lama pacaran sama dia. Tapi saat itu dia mutusin gue. Tepat disaat dia mau pergi ke aussie”
“itu mah bukan pacar lagi dong namanya” komentar agni
“gue gak mutusin dia. Gue sayang sama dia. Selama ini gue setia nunggu dia balik”
“tapii…” kata agni terputus
“iya, gue tau. Sekarang dia pacaran sama temen lo. Dan gue Cuma orang bodoh yang masih ngarepin dia”
“maksud gue, kenapa tadi dia Cuma ngakuin lo sebagai temen SMAnya doang? Kenapa gak ngaku aja kalo lo itu mantan pacarnya?”
Cakka menunduk.
“lo gak apa-apa digituin sama shilla? Iya sih, sekarang dia pacaran sama Alvin, dan Alvin juga temen gue. Disini gue juga gak mau lo nyalahin Alvin sebagai perebut pacar atau mantan pacar lo itu” kata agni
“gue gak nyalahin Alvin” ucap cakka
“tapi gue juga gak nyalahin shilla. Gue Cuma bingung. Gue gak mau nyalahin shilla ataupun Alvin, tapi disisi lain, hati gue emang sakit banget pas dia Cuma ngakuin gue sebagai temennya” kata cakka lagi
“gue ngerti, kka” ucap agni
“sorry, ag. Karna Gue tadi udah ngaku-ngaku mau tunangan sama lo”
“gpp”
“gue Cuma masih gak rela shilla sama Alvin. Tadi gue Cuma mau buktiin, kalo gue tuh udah ngga ngarepin dia. Gue udah punya pengganti dia. Kalo dia bisa ninggalin gue dan dapetin pengganti gue, kenapa gue juga ngga?!”
“gue tau. Lo itu Cuma pengen diliat tegar kan sama shilla disaat dia udah nyakitin lo?!”kata agni
Cakka terdiam. Ia memandan langit malam yang penuh bintang.
“mungkin cerita gue sama shilla emang bener-bener selese malam ini”
“lo mesti belajar buat relain dia, kka” kata agni
“thanks, ag”
Malam itu memang malam yang menyakitkan sekaligus menyenangkan untuk cakka. Disaat hatinya sakit akan kenyataan shilla, tapi disaat itu pula dia mulai belajar merelakan shilla.
Tanpa sadar, malam ini cakka bukanlah sosok yang dingin lagi seperti biasanya. Itu semua karena agni. Bahkan agni bisa membuat dia menceritakan kisah cintanya yang memang tak pernah ia bagi dengan siapapun. Dan agnilah tentunya yang menjadi orang pertama yang mendengar kisah cintanya dengan shilla.
Agni kembali merogoh tas selempangnya, mencari-cari sesuatu yang dari tadi tak ia temukan.
Cakka menoleh padanya. Menatapnya lekat. Entah mengapa, dia sangat menikmati kedekatannya dengan agni malam ini.
‘gue bakal belajar, ag! Gue janji sama lo!’ batin cakka tersenyum.



Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa jangan gebukin saya(?) #geer
Haha sorry ngaret.. hehe aku emang orang yang suka ngaret.. #plakkk
Oke dehh..
Add my facebook dong
Amaliia ‘indriie’ Aliiakka Nuraga
Dan yang ini. Mohon di follow @indrii_aliiakka
Sankyu :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar