Rabu, 27 April 2011

love fotograph and guitar

Agni kini sedang berada di parkiran kampusnya. Duduk diatas kap mobil jeepnya sembari memperhatikan orang-orang disekitarnya. Juga tentu saja ditemani dengan kamera kesayangannya.
“AGNIII!” panggil seseorang yang tengah berlari menghampirinya.
“kenapa ray?” tanya agni ketika orang itu telah sampai dihadapannya.
“ada yang nyariin elo tuh! Tadi dia ke kelas, tapi elonya udah ngga ada” kata orang yang bernama ray tersebut.
“siapa?”
Ray mengedikan bahunya, tanda kalau ia tidak mengetahuinya.
“sivia?” tanya agni
“bukan! Lagian sejak kapan sivia berubah jadi cowok?!!”
“yang nyariin gue cowok tho?”
“iya. Tumben banget” kata ray dengan wajah polosnya.
Agni yang mendengar ray berkata seperti itu, langsung nyureng.
“maksud lo apaan? Dikira gue gak pernah dicariin cowok apa?! Enak aja lo!” kata agni
“lah? Emang iya kan?! Ada juga, paling Cuma iel. Itupun Cuma buat nanyain sivia doang ke elo. Siapa lagi?!”
“buktinya elo sekarang ngapain di depan gue??” kata agni
“mungkin termasuk gue juga sihh”
“iyalah. Malah elo yang paling sering daripada iel. Orang catetan aja pinjem ke gue mulu lo” sungut agni
“hehehe.. itu sihh beda lagi” kilah ray
“alahh kaya bajaj aja lo! Udah ahh, terus dia dimana sekarang??”
“lagi nunggu di lobby kampus”
“ya udah deh, gue kesana dulu ya!” kata agni yang langsung loncat dari kap jeepnya dan berlalu meninggalkan ray.
Setelah sampai di lobby, agni celingukan. Ketiak Ia tengah menyapu pandangannya keseluruh sudut ruangan, tiba-tiba ada suara seseorang yang memanggilnya.
“AGNI!”
Agni menoleh kea rah sumber suara.
“ALVIN” pekik agni.
Agni langsung berlari menghampiri seorang anak laki-laki yang bernama Alvin tersebut. Yup, Alvin, salah satu temen SMA agni. Mereka dulu satu sekolah. Bareng juga sama sivia. Tapi setelah kelulusan Alvin memutuskan untuk kuliah diluar negeri. Berpisah dengan agni, dan juga sivia. Mereka bertiga ini emang sudah sahabatan sejak SMA.
“kapan balik, bro? Gila, gue kangen sama lo” kata agni yang menepuk pelan pundak Alvin.
“baru tadi malem gue sampe di Indonesia. Gimana kabar lo, ag? Udah punya pacar? Atau masih setia sama kamera lo itu?!” kata Alvin tersenyum jail sambil melirik ke arah kamera yang tergantung dileher agni.
“baik, kok! Iyalah. Harus! Elo sendiri gimana? Pasti udah nemu yang bening dong selama di aussie?!! Haha”
“haha tau aja lo! Makanya, gue kesini mau ngajak lo ketemuan ntar malem. Sekalian ngenalin dia ke elo. Gimana?”
“gue sihh oke oke aja. Tapi tempatnya dimana dulu nihh?” tanya agni
“di café biasa. Lo masih inget kan?!”
“oohh ingetlah. Gue juga masih suka kesana kok bareng via”
“ehh iya, via gimana? Gue belum ketemu sama dia nihh” kata Alvin
“ahh paling juga tuh anak sama iel”
“haha longlast juga mereka. Kapan elo mau nyusul kaya mereka?? Gue aja udah! :p” goda Alvin
“udahh ahh. Gak usah bahas itu. Gak penting banget sihh”
“haha iya dehh. Kayanya gue mesti pulang sekarang nih. Jangan lupa ntar malem. Via biar nanti gue yang hubungin”
“oke siip!” kata agni seraya mengacungkan kedua jempol tangannya.
Alvin pun melangkah keluar lobby. Setelah Alvin pergi, sayup-sayup terdengar suara dering ponsel berbunyi. Menandakan ada panggilan masuk. Agni celingak-celinguk dibuatnya.
“perasaan bukan hp gue dehh”
Agni meraba-raba tas selempangnya. Ada yang bergetar. Buru-buru agni mengambilnya.
“ohh iya. Pantes aja gue bingung. Wong bukan hp gue kok yang bunyi” kata agni yang memandangi hp yang tempo lalu ia temukan.
“mas elang?” eja agni sambil menatap layar hp yang ada di genggamannya.
“gue angkat aja kali ya”
“halo?” kata agni
“ini gue. Yang punya hp. Gue gak bisa ke kampus lo. Mungkin kita ketemuan aja. Gimana?” kata seseorang dari seberang telepon.
“ooohh. Oke. Dimana? Sekarang?” tanya agni
“terserah elo. Tapi yang pasti gue gak bisa sekarang”
“gimana kalo ntar malem? Sekalian gue ada janji sama temen gue. Tempatnya di café Luversaza(?), jam 7”
“oke” orang itu terdengar merespon dan seketika sambungan langsung putus begitu saja.
“hah dasar!” gerutu agni.
***
Waktu menunjukkan tepat pukul 7 saat agni sampai di café yang dimaksud tadi siang. Ia memarkirkan mobilnya dan langsung masuk kedalam café.
Ketika hendak masuk, agni melihat seseorang yang juga hendak masuk kedalam café tersebut. Posisinya tepat berada di depan agni.
“heii” peki agni
Orang itu menoleh.
“elo?” kata orang itu.
“iyaa, ini gue yang ngambil gambar elo tanpa ijin hehe” kata agni yang malah nyengir kuda.
“elo ngapain kesini?”
“mau balikin sesuatu sama lo”
“hp gue kan? Sini!” pinta orang itu.
Agnipun merogoh tas selempangnya, mengambil sebuah hp dan mengembalikannya.
“gak gue apa-apain kok hpnya. Cuma angkat telpon dari elo doang tadi” kata agni kemudian.
“walopun gue gak percaya, tapi thanks ya” katanya
“ihh kok gak percaya sama gue sihh??” kata agni yang asli ngambeknya dibuat-buat.
“iya. Gue percaya kok” kata orang itu seraya pergi.
Tapi tak seberapa jauh, agni langsung menarik tangannya.
“ehh, lo mau kemana?”
“pulang”
“yakin? Ini masihh jam 7 an lhoo..” kata agni
“ya terus kenapa?”
“hmm gpp! Sapa tau aja lo mau main dulu gitu disini. Makan bareng gue. Itung-itung sebagai tanda terima kasih elo ke gue” kata agni yang gatau ngarep apa gimana sama orang itu.
Orang itu mengerutkan alisnya lalu menoleh kearah tangannya yang masih dipegang agni.
Dengan reflex, agnipun langsung melepasnya. Wajahnya seketika berubah merah seperti udang rebus.
“hehe ngga kok.. becanda..!! sorry!” katanya
Orang itu tersenyum.
“emang abis ini, lo mau kemana?”
“gue mau ketemu temen gue didalem. Kalo lo mau ikut, dengan senang hati kok” kata agni tersenyum.
“gak enak sama temen lo. Mending gue pulang aja”
“ehh ngga. Dia orangnya welcome kok. Tenang aja. Yukk!” kata agni yang langsung menariknya masuk kedalam café.
“ALVIIN!” teriak agni setelah masuk kedalam dan menemukan sosok Alvin sedang duduk dimeja nomer 18.
Alvin tersenyum dan melambaikan tangannya pada agni. Masih dengan menggandeng tangan seseorang, agni melangkah menghampiri Alvin.
“hai, ag. Sama siapa nih?” kata Alvin seraya berdiri menyambut kedatangan agni.
“he?mmm..” agni menoleh pada orang disampingnya.
“gue cakka!” kata orang itu mengulurkan tangannya.
‘oohh cakka.. baru tau gue’ batin agni
“gue Alvin. Salam kenal ya bro” katanya sambil membalas jabatan cakka.
Cakka hanya tersenyum tipis menanggapinya. Terkesan cool tapi ramah.
“silahkan duduk dulu! Kalian mau pesen apa?” tanya Alvin
“apa aja deh. Semua yang ada di menu juga boleh” celetuk agni
“haha dasar! Gue pesenin air kolam ikan baru tau rasa lo” kata Alvin
“eitss enak aja lo. Ehh katanya mau ngenalin pacar elo, vin. Mana?” tanya agni
“O iya, lagi di toilet dia”
Agni hanya ber-O ria menanggapinya.
Tak lama dari itu, munculah seorang gadis dari belakang agni dan cakka. Berjalan menghampiri kea rah mereka.
“nah itu dia!” seru Alvin
Agni dan cakka pun menoleh.
‘itu kan..’ batin cakka
‘shilla?! Iya itu shilla. Gue gak mungkin salah liat. Itu bener shilla!’ pikir cakka lagi sambil tersenyum.
“waw cantik juga pacar lo, vin!” kata agni
‘hah? Apa katanya tadi? Pacar Alvin?! Shilla pacar Alvin?’ senyuman cakka memudar dalam seketika.
Yah, gadis itu adalah shilla. Ashilla zahrantiara.
“kenalin, ag! Pacar gue” kata Alvin
“agni!” kata agni seraya mengulurkan tangannya.
“shilla” ucap gadis itu.
Saat itu cakka hanya tertegun melihatnya. Sebenarnya, ingin sekali dia memeluk shilla. Tapi dia sadar dengan apa yang dikatakan agni dan Alvin tadi. Ia hanya terdiam memandangi wajah shilla yang belum sempat menoleh padanya.
‘shill…’ batin cakka
Entah karena panggilan hati cakka atau apa, shillapun menoleh padanya. Seketika, wajahnya menjadi kaku dan tegang.
“cakka?” ucap shilla pelan.
“kalian udah kenal?” tanya Alvin
“I..iya, vin! Cakka ini… temen SMA aku” kata shilla lirih
‘apa ini?’ pikir cakka
Dari wajah cakka, sangat jelas terlihat dia sangat tidak terima dengan keadaan ini. Rahang cakka seketika mengeras. Sementara Shilla menunduk entah kenapa.
“ohh, kebetulan banget kalian ketemu disini” ucap Alvin yang sama sekali tak menyadari perubahan ekspresi cakka.
Sementara agni yang berada di samping cakka terlihat bingung.
‘cakka kenapa?’ pikirnya
Dan tanpa diduga-duga, akhirnya cakka pun membuka suara.
“apa kabar, shill?” ucapnya mencoba untuk bersikap biasa.
Shilla tidak lagi menunduk. Dia menatap cakka sekarang. Entah kenapa saat menatap mata cakka, hatinya merasa sangat bersalah. Mungkin secara tak sadar, ia benar-benar telah menyakiti hati cakka.
“baik, kka! Kamu?”
“ohh bagus lah! Aku juga baik. Apalagi setelah aku ketemu agni” kata cakka melirik kearah agni.
Agni mengerutkan alisnya.
“kamu udah berapa lama sama Alvin?” tanya cakka lagi
Cakka bertanya pada shilla, seolah ia benar-benar ingin menghakimi shilla. Hatinya memang sudah benar-benar terasa sakit. Apalagi saat shilla mengakui dirinya hanya sekedar ‘teman SMA’ perih sekali rasanya. Dia merasa seperti sampah. Tidak di anggap.
“aku jadian sama Alvin setahun yang lalu” kata shilla
Ohh, bagus! Selama ini penantian cakka hanya sia-sia. 3 tahun menantikan seorang gadis yang kini telah menjadi milik orang lain.
Ini semua memang bukan sepenuhnya salah shilla, karena mengingat shilla telah memutuskan cakka. Meski sepihak. Tapi kesalahan besar yang telah dia lakukan adalah mengakui mantan pacarnya hanya sebagai teman SMAnya dihadapan pacar barunya.
“oh, kalau begitu, lebih dulu kita ya, ag?! Malah sekarang kita mau tunangan” kata cakka yang mulai mengarang prolog untuk menutupi sakit hatinya.
“hah?!” pekik agni
Cakka menoleh kearah agni. Menatap sendu. Dari tatapannya, agni merasakan kalau cakka memang sedang meminta bantuannya sekarang.
Agnipun mengangguk.
“jadi kalian pacaran? Ciie agni!” goda Alvin
Shilla memasang tampang tak percaya.
“yang bener, kka?”
Cakka mengangguk pasti. Kemudian ia merangkul agni yang berada di sampingnya.
“kayanya kita gak bisa lama-lama deh. Tadi kita ada rencana buat jalan berdua. Iya kan, ag?” kata cakka yang kembali menatap agni.
Agni kembali mengangguk lesu.
“sorry, vin! Mungkin lain kali kita bisa double date?!” kata cakka lagi
“okelahh. Gpp kok. Gue titip agni ya?!” kata Alvin yang lagi-lagi menggoda agni.
“apaan sih lo, vin? Rese deh?!” agni mulai risih dengan Alvin.
“pasti! Kita duluan ya” kata cakka yang meraih tangan agni dan berjalan beriringan menuju keluar café.
…..
Diluar café..
“lo kenapa sihh?” tanya agni
“sorry!” ucap cakka
“iya. Emang lo kenapa pura-pura kaya gini? Pake ngaku mau tunangan sama gue. Pacaran ajah ngga” kata agni
“lo gak perlu tau”
“ehh gue tuh liat ya, gimana ekspresi lo pas ngeliat shilla. Pasti ada apa-apa”
“itu bukan urusan elo”
“ya udah. Lo bilang kan itu bukan urusan gue, jadi kalo sekarang gue bilang sama shilla kalo tadi tuh Cuma pura-pura, berarti bukan urusan lo juga” kata agni seraya balik badan hendak masuk kembali ke dalam café.

“jangan! Lo gatau cerita awalnya” cegah cakka sambil menarik tangan agni.
“ya udah, makanya cerita!” kata agni yang balik narik tangan cakka menuju parkiran.
Sesampainya diparkiran, agni mengajak cakka duduk di atas jeepnya.
“tapi kalo gue cerita, lo jangan banyak tanya. Gue gak mau jawab!” tegas cakka
“iya. Udah dehh cepetan cerita. Gue pasti diem, kok” kata agni sambil mengaduk-aduk isi tas selempangnya mencari sesuatu.
“shilla pacar gue” uacap cakka.
Seketika, agni langsung menghentikan aktivitasnya.
“yang bener, lo?”
“gue udah lama pacaran sama dia. Tapi saat itu dia mutusin gue. Tepat disaat dia mau pergi ke aussie”
“itu mah bukan pacar lagi dong namanya” komentar agni
“gue gak mutusin dia. Gue sayang sama dia. Selama ini gue setia nunggu dia balik”
“tapii…” kata agni terputus
“iya, gue tau. Sekarang dia pacaran sama temen lo. Dan gue Cuma orang bodoh yang masih ngarepin dia”
“maksud gue, kenapa tadi dia Cuma ngakuin lo sebagai temen SMAnya doang? Kenapa gak ngaku aja kalo lo itu mantan pacarnya?”
Cakka menunduk.
“lo gak apa-apa digituin sama shilla? Iya sih, sekarang dia pacaran sama Alvin, dan Alvin juga temen gue. Disini gue juga gak mau lo nyalahin Alvin sebagai perebut pacar atau mantan pacar lo itu” kata agni
“gue gak nyalahin Alvin” ucap cakka
“tapi gue juga gak nyalahin shilla. Gue Cuma bingung. Gue gak mau nyalahin shilla ataupun Alvin, tapi disisi lain, hati gue emang sakit banget pas dia Cuma ngakuin gue sebagai temennya” kata cakka lagi
“gue ngerti, kka” ucap agni
“sorry, ag. Karna Gue tadi udah ngaku-ngaku mau tunangan sama lo”
“gpp”
“gue Cuma masih gak rela shilla sama Alvin. Tadi gue Cuma mau buktiin, kalo gue tuh udah ngga ngarepin dia. Gue udah punya pengganti dia. Kalo dia bisa ninggalin gue dan dapetin pengganti gue, kenapa gue juga ngga?!”
“gue tau. Lo itu Cuma pengen diliat tegar kan sama shilla disaat dia udah nyakitin lo?!”kata agni
Cakka terdiam. Ia memandan langit malam yang penuh bintang.
“mungkin cerita gue sama shilla emang bener-bener selese malam ini”
“lo mesti belajar buat relain dia, kka” kata agni
“thanks, ag”
Malam itu memang malam yang menyakitkan sekaligus menyenangkan untuk cakka. Disaat hatinya sakit akan kenyataan shilla, tapi disaat itu pula dia mulai belajar merelakan shilla.
Tanpa sadar, malam ini cakka bukanlah sosok yang dingin lagi seperti biasanya. Itu semua karena agni. Bahkan agni bisa membuat dia menceritakan kisah cintanya yang memang tak pernah ia bagi dengan siapapun. Dan agnilah tentunya yang menjadi orang pertama yang mendengar kisah cintanya dengan shilla.
Agni kembali merogoh tas selempangnya, mencari-cari sesuatu yang dari tadi tak ia temukan.
Cakka menoleh padanya. Menatapnya lekat. Entah mengapa, dia sangat menikmati kedekatannya dengan agni malam ini.
‘gue bakal belajar, ag! Gue janji sama lo!’ batin cakka tersenyum.



Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa jangan gebukin saya(?) #geer
Haha sorry ngaret.. hehe aku emang orang yang suka ngaret.. #plakkk
Oke dehh..
Add my facebook dong
Amaliia ‘indriie’ Aliiakka Nuraga
Dan yang ini. Mohon di follow @indrii_aliiakka
Sankyu :D

cinta tetangga part7

Agni baru selesai beres-beres kamarnya ketika mamanya tiba-tiba muncul dari balik pintu.
“kamu kok belum siap-siap?”
“emangnya kita mau pergi, ya?” kata agni balik nanya.
“lho, kamu ka nada janji sama cakka! Baru semalem janjian, masa udah lupa?”
“yang janjian kan mama, bukan agni. Jadi, mama ajah yang siap-siap” begitu dengar nama cakka disebut, agni langsung cemberut.
“eh, sama orangtua kok begitu”
“abisnya, mama pagi-pagi udah bikin bête. Belum tentu cakka inget sama janjinya. Dia itu, ma, cowok paling nyebelin sedunia”
“baru sehari ketemu kok langsung vonis orang kaya gitu”
“sehari? Mama gatau sih. Cakka itu temen sekelas agni”
“lho, semalem kalian bilang gak pernah ketemu disekolah, kok sekarang bilangnya sekelas?”
“jangan salah, ma. Yang bilang begitu kan cakka. Jadi bukan agni yang boong”
“terus kenapa semalem kamu ngga langsung bilang sama mama?”
“ngga penting banget ngomong tentang dia. Udah deh, ma, gak usah dibahas. Yang jelas agni sama cakka gak cocok. Jadi, jangan harap kalo hari ini cakka bakalan dateng jemput agni”
“kamu yakin dia ngga bakalan dateng?” kata mama agni menggoda.
Agni mengangguk penuh semangat.
“tapi tadi mamanya cakka telepon. Katanya cakka udah berangkat mau kesini”
“yang bener, ma?”
“kalau kamu ngga percaya, tunggu aja. Sebentar lagi, dia pasti sampe. Dia pasti seneng banget karna bisa ngeliat tampang kamu yang berantakkan kaya gini” goda mamanya sambil berlalu meninggalkan kamar agni.
Wajah agni pias. Dia mencermati tubuhnya lewat cermin, memang sangat berantakan.bahkan rambutnya acak-acakan kaya sarang burung. Bisa jadi malapetaka kalau cakka sampe liat. Agni pasti diejek abis-abisan.
Demi menghindari kejadian itu, agni buru-buru masuk kamar mandi. Hamper setengah jam ia habiskan untuk mandi. Kemudian, ia mulai berhias diri. Demi mendapatkan penampilan terbaiknya, agni sampai berkali-kali mengganti baju yang mau di pakainya.
‘kenapa gue jadi panik begini? Kan Cuma mau ketemu cakka doang’ pikir agni setelah sadar dengan apa yang sudah dilakukannya.
“udah siap belum?” kata mama agni sambil melongokan kepalanya dari balik pintu.
“mama. Bikin kaget aja”
“sang pangeran udah dateng tuh! Tapi ngga naik kuda putih” goda mamanya
“pangeran apanya?” cibir agni sambil keluar kamar.
Diruang tamu, agni melihat cakka sedang duduk manis menunggunya. Sejenak, cakka terlihat terpesona dengan penampilan agni. Padahal, saat itu agni Cuma pake celana jeans sama kemeja doang. Malah penampilan cakka jauh lebih rapi. Dia memakai t-shirt warna putih yang dibalut dengan jaket. Kemudian, rambutnya yang hitam lebat sengaja ditutup dengan topi NY yang menurut agni persis ala JeiBi. Pokonya penampilan cakka beda banget sama penampilan yang disekolah. Lebih cakep? Pastinya dong! Tapi masih cakepan cakka yang anak masjid. Hahaha
“nyokap lo mana?” tanya cakka kemudian.
“mau ngapain nyariin nyokap gue? Elo mau ngajak dia juga?”
“elo salah makan, ya? Pagi-pagi udah eror. Gue Cuma mau pamitan!”
Ngga lama, mama agnipun muncul.
“udah mau berangkat ya?”
“iya, tante”
“hati-hati dijalan!”
“iya, tante. Kami berangkat dulu” kata cakka sopan. Agni sampe heran melihat kelakuan cakka yang berubah jadi penuh sopan santun.
“jangan sok jadi anak baik deh. Mama udah tau kok belangnya elo” kata agni sambil berjalan keluar rumah diikuti cakka.
“emangnya gue kenapa?”
“elo tuh tukang boong”
Cakka hanya menautkan alisnya.
“nyokap gue udah tau kalo kita tuh sekelas”
Cakka hanya manggut-manggut pelan sambil membulatkan bibirnya membentuk huruf ‘O’
“dasar aneh” gerutu agni
***
Setelah menempuh perjalanan cukup lama, motor yang dikendarai cakka masuk ketempat parker sebuah mall.
“mau langsung nyari buku atau mau jalan-jalan dulu?” tanya cakka begitu mereka masuk.
“terserah”
“kok terserah sih? Yang mau belanja kan elo!”
“siapa yang mau belanja? Gue kan Cuma mau beli buku doang!”
“ya udah. Kalo gitu, kita langsung ke toko buku ajah. Ngomong gitu doang kok susah banget sih” kata cakka kesal sambil berlalu. Sementara agni mengikutinya dari belakang.
“dasar pemarah! Hitler!” gerutu agni sendirian

Begitu masuk toko buku, agni langsung berlari ke tempat komik-komik yang banyak dipajang. Cakka sampe heran melihatnya.
“elo mau beli buku apa?” tanya cakka
“kamus”
“loh? Tempat kamus kan disebelah sana” kata cakka mengingatkan.
“gue mau liat-liat komik dulu”
“lama ngga?” tanya cakka dengan nada protes.
“Cuma sebentar” jawab agni sambil nyomot salah satu komik dari atas rak yang kebetulan udah ngga disegel.
Tapi, sebentarnya agni itu ternyata sampe ia selesai membaca setengah buku. Bahkan, agni malah sempat ketawa ngakak selama beberapa detik ketika membaca komik tersebut.
Cakka yang disamping agni Cuma bisa gondok sendirian.
“kalo suka, mending dibeli ajah. Ngga usah dibaca disini”
“cakka bawel, nih. Elo jalan-jalan dulu aja sana. Liat buku primbon atau apa kek. Daripada disini juga ganggu gue doang”
“enak aja ngusir orang. Ntar kalo elo nyasar, siapa yang pusing coba?”
“gue kan udah gede. Gue juga punya hape. Jadi, kalo nyasar, tinggal telpon mama, minta dijemput” jawab agni sekenanya.
Cakka keki mendengar jawaban agni. Saking kesalnya, dia sampe mengambil paksa komik yang ada ditangan agni dan meletakkannya kembali ke rak buku. Dengan kasar, dia menarik tangan agni agar mengikutinya.
“mau kemana sih?” kata agni sambil berusaha melepaskan diri.
“nyari kamus. Emang elo pikir mau kemana?” jawb cakka tanpa menoleh sedikitpun.
Cakka baru melepaskan pegangan tangannya setelah mereka sampai ditempat kamus yang banyak berderet. Meskipun masih kesal dengan sikap cakka, agni tetap melihat dan memilih-milih kamus yang akan dibelinya.
“yang ini bagus gak?” tanya agni pada cakka sambil menunjukkan sebuah kamus bahasa inggris yang lumayan tebal.
“terserah. Yang butuh kamus kan elo” kata cakka ketus
“dasar cakka! Ngga bisa diajak kompromi” gerutu agni sambil memilih-milih kamus yang lain.
Setelah bosan mencari, akhirnya agni mengambil kamus yang menarik hatinya.
“yakin mau beli yang itu?” tanya cakka.
“terserah gue. Yang mau pake kamus kan gue, bukan elo!” jawab agni sambil ngeloyor meninggalkan cakka yang terlihat gondok.

Agni menarik nafas panjang ketika melihat ada lima orang yang sedang mengantri depan kasir. Masalahnya, bukan karena agni males ngantri, tapi kelamaan berada diruang ber-AC membuat agni jadi kebelet pipis.
“sini, gue yang antri. Elo keluar duluan aja!” cakka yang melihat tampang agni yang bête tiba-tiba saja mengambil alih kamus yang dipegang agni.
“tapi jangan pergi kemana-mana dulu sebelum gue keluar. Gue ngga mau kalo elo sampe ilang. Ngerti!” kata cakka tegas sambil masuk kedalam antrian tanpa mempedulikan agni yang memandangnya cemberut.
Mungkin karena saking kebeletnya, begitu keluar dari toko buku, agni langsung ngacir mencari toilet. Tidak mempedulikan apa yang dikatakan cakka tadi.
….
Cakka panik begitu keluar dari dalam took tidak menemukan sosok agni. Wajahnya tegang menahan emosi. Matanya sibuk berkeliling mencari keberadaan agni.
“udah selesai?” tiba-tiba seseorang menepuk bahunya dari belakang.
“elo dari mana aja?! Tadi kan gue udah bilang, jangan pergi kemana-mana sebelum gue keluar. Elo ngga denger, apa?!” teriak cakka begitu melihat agni berdiri dihadapannya. Suaranya nyaring sekali sampai-sampai orang-orang yang berada didekat mereka ikut terkejut.
“elo kenapa sih? Pake teriak segala, kan malu diliatin orang”
Mendengar ucapan agni yang terdengar tanpa dosa membuat cakka semakin keki. Ia sampai mengepalkan tangannya karena kesal. Melihat tampang cakka yang serius seperti itu membuat agni jadi ngga enak hati.
“maafin gue, kka. Barusan gue dari toilet” kata agni dengan menyesal sambil menarik-narik baju cakka seperti anak kecil.
“ya udah, lupain aja!”
“elo ngga minta maaf sama gue?” protes agni tiba-tiba
“kenapa gue harus minta maaf?”
“tadi, elo juga kan udah ngebentak-bentak gue”
“salah sendiri kenapa nyari gara-gara”
“tapi gue kan udah minta maaf”
“ya udah, maaf elo gue terima. Sekarang, ayo pergi!” kata cakka yang siap-siap berlalu.
“gue ngga mau pergi sebelum elo minta maaf”
“ya udah kalo gitu. Elo diem aja disitu”
Cakka pergi meninggalkan agni sendirian didepan toko buku. Namun, setelah beberapa meter berjalan, cakka menghentikan langkahnya. Ketika menoleh, ia melihat agni masih berdiri ditempatnya tanpa beranjak sedikitpun. Karena takut terjadi sesuatu, akhirnya cakka kembali menyusulnya.
“ya udah. Gue minta maaf. Puas!” kata cakka begitu sampai dihadapan agni.
“ngga ikhlas banget”
“mau elo apa sih?” cakka mulai kehilangan kesabaran lagi.
“gue mau elo minta maaf, tapi yang ikhlas. Ngga kepaksa gitu”
Cakka serba salah dibuatnya, tapi akhirnya mengalah juga.
“maafin gue karena udah ngebentak elo” kata cakka lagi. Kali ini, nada suaranya terdengar lebih lembut. Agni tersenyum mendengarnya. Sejak bertemu cakka, itu adalah senyum paling tulus yang keluar dari bibirnya.
“ngga susah, kan?” goda agni
“tadi gue Cuma panik. Gue takut elo kenapa-napa. Gimanapun juga, nyokap elo udah percaya sama gue buat ngejagain elo!” Kalimat cakka meninggi lagi.
Agni merengut mendengarnya. Apalagi, ketika ia tau alas an kekhawatiran cakka ternyata disebabkan oleh janjinya pada mamanya, bukan tulus karena mengkhawatirkannya. Untuk sesaat, agni merasa kecewa dalam hatinya.
“kita pulang!” kata cakka kemudian.
“kok pulang? Masa Cuma beli buku doang, kan gak seru!” protes agni.
“emangnya elo mau kemana lagi?”
“kita keliling-keliling dulu sampe puas. Abis itu baru kita pulang” kata agni sambil beranjak pergi meninggalkan cakka.
…..
Tanpa peduli dengan waktu, mereka berdua terus berkeliling mengunjungi semua took yang dianggap menarik oleh agni. Sementara itu, cakka mengikutinya dengan reaksi yang bermacam-macam. Kebanyakan sih menggerutu karena tidak suka dengan tempat yang dipilih agni. Ngga masalah kalau Cuma masuk ketoko kaset atau toko souvenir yang memajang banyak boneka. Tapi, cakka hanya terlihat salah tingkah ketika agni mengajaknya melihat-lihat ke bagian underwear(?). agni hanya tersenyum melihat cakka yang sebentar-sebentar menoleh kesamping kanan dan kirinya. Mungkin ia takut kalau sampai ditertawakan orang. Padahal saat itu bukan ia sendiri laki-laki yang ada di tempat itu. Demi menggoda cakka, agni malah sengaja memasangkan bra ke dadanya.
“cakka, cocok ngga?”
Wajah cakka yang melihat tingkah agni langsung berubah jadi merah kuning hijau kaya lampu lalu lintas. Dengan segera, ia menarik lengan agni dan menyeretnya keluar. Sedangkan agni masih tertawa menggodanya.
“kka, gue laper. Makan, yuk!” pinta agni ketika ia sudah merasa kelelahan.
“elo mau makan apa?”
“tumben nanya dulu”
“ya udah kalo ngga mau ditanya. Biar gue aja yang mutusin sendiri”
“eh, enak aja. Gue mau makan di HokBen”
“tapi, gue mau pizza”
“pokonya, HokBen!”
“pizza!”
“sekali HokBen, tetep HokBen!”
“kalo gitu, elo makan di HokBen sendiri. Gue mau ke pizza Hut” kata cakka yang hendak melengos pergi.
“cakka kok gitu sih? Ngga mau ngalah”
“elo sendiri keras kepala”
“kita suit aja deh. Yang kalah harus ngikutin yang menang”
Agni mencoba untuk melunak. Cakka setuju dengan tawaran agni.
“1, 2, 3! Gue menang!” kata cakka puas.
Agni cemberut menyesali diri. Kenapa tadi malah menegeluarkan jari telunjuknya, padahal jelas-jelas ia yakin kalau cakka akan mengeluarkan ibu jarinya. Akhirnya agni harus rela membuntuti cakka makan di pizza hut.




Okee.. segini dulu deh ya?!!! Heheh
Males nih ngetiknya.. salah aku juga sih mau bikin cerbung segala.. haha
Ya udah maaf ya kalo gak suka 
Tapii aku masih minta like sama komennya lhoo.. hehehehe

Minggu, 23 Januari 2011

ilmu mikro dan makro ekonomi

EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO

Dalam kancah perekonomian . tentulah kita mengetahui apa itu Ilmu Ekonomi . Ilmu Ekonomi adalah : Ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara Kebutuhan Manusia yang Tidak Terbatas dengan Alat Pemuas Kebutuhan yang jumlahnya Terbatas. Permasalahan itulah yang kemudian menyebabkan timbulnya Kelangkaan (scarcity) . dalam hal ini Ilmu Ekonomi dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

1. Ilmu Ekonomi Mikro , dan
2. Ilmu Ekonomi Makro.

Ilmu Ekonomi Mikro adalah salah satu cabang Ilmu Ekonomi yang pembahasannya menitikberatkan pada perilaku ekonomi individu rumah tangga, perusahaan, dan pasar. Ilmu Ekonomi Mikro memberikan suatu metode kepada seseorang atau suatu rumah tangga perusahaan untuk mengelola sumber daya ekonomi yang dimiliki agar dapat dimanfaatkan secara efisien. Misalnya, seseorang memiliki anggaran tertentu untuk membeli barang. Ilmu Ekonomi memberikan metode untuk menentukan barang apa yang dibeli dan berapa jumlahnya agar konsumen tersebut dapat memperoleh kepuasan yang paling tinggi (maksimum). Demikian juga dengan pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Ilmu Ekonomi Mikro menyediakan metode agar perusahaan tersebut dapat memperoleh keuntungan maksimum. Ilmu ekonomi mikro memberikan solusi optimum kepada perusahaan dalam mengambil kebijakan, baik berkaitan dengan harga maupun jumlah barang pada pasar (industry) yang ia masuki.


Kemudian Ilmu Ekonomi yang berikutnya adalah Ilmu Ekonomi Makro. Ilmu Ekonomi Makro merupakan salah satu cabang Ilmu Ekonomi yang menitikberatkan pembahasan mengenai perekonomian secara keseluruhan (agregat). Arti agregat (keseluruhan) dalam Ekonomi Makro ialah indicator yang menjadi pusat perhatian dari ekonomi makro adalah variable-variabel total, seperti pendapatan nasional, produksi nasional, konsumsi nasional, tabungan dan investasi nasional.

Jadi, di dalam analisa Ekonomi Makro dijelaskan bahwa tingkat kegiatan ekonomi Negara di tentukan oleh seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat, yang meliputi pengeluaran seluruh rumah tangga, pengeluaran para perusahaan, dan pengeluaran pemerintah. Selain membahas tentang perilaku rumah tangga, perusahaan dan pasar secara keseluruhan (agregatif), Ilmu Ekonomi Makro juga membahas tentang masalah-masalah ekonomi, seperti pengangguran, inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan perdagangan internasional.




A. PERBEDAAN EKONOMI MIKRO DAN MAKRO


Pembagian Ilmu Ekonomi Mikro dan Makro ini tidaklah mutlak sebab pengertian total (agregat) merupakan penjumlahan dari satuan-satuan (unit-unit khusus yang lebih kecil). Misalnya, pendapatan nasional adalah penjumlahan dari pendapatan rumah tangga yang terdapat dalam suatu masyarakat. Membagi Ilmu Ekonomi menjadi Makro dan Mikro tidaklah berarti bahwa persoalan-persoalan pendapatan tidak dipersoalkan lagi dalam Ekonomi Mikro dan persoalan-persoalan tentang harga tidak dibicarakan lagi dalam Ekonomi Makro.Kedua persoalan itu sebenarnya masih juga dibahas hanya saja pembahasannya berbeda.

Untuk itu, mari kita lihat perbedaan antara Ekonomi Mikro dengan Ekonomi makro berikut ini :


=> Ekonomi Mikro :
1. Membahas perilaku individu rumah tangga.
2. Membahas perilaku individu perusahaan.
3. Membahas perilaku suatu pasar (industry).
4. Menganalisis masalah-masalah:

a. Proses terjadinya tingkat harga dan jumlah barang yang diperjualbelikan di pasar
dalam Teori Harga.
b. Bagaimana produsen menentukan tingkat produksi dan memilih factor produksi sehingga
dapat memberikan keuntungan dalam Teori Produksi.
c. Factor-faktor yang menentukan pendapatan setiap factor produksi dalam Teori
Distribusi.


=> Ekonomi Makro :1. Membahas perilaku rumah tangga dalam suatu perekonomian Negara.
2. Membahas perilaku seluruh perusahaan yang terdapat dalam suatu perekonomian Negara.
3. Membahas perilaku seluruh pasar (industry) dalam suatu perekonomian Negara.
4. Menjelaskan persoalan-persoalan:

a. Factor-faktor produksi yang tidak dapat digunakan secara penuh dalam perekonomian
yang diatur oleh mekanisme pasar.
b. Langkah-langkah pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran.
c. Factor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga-harga barang (inflasi) serta
kebijakan apa untuk mengatasi masalah inflasi tersebut.


Nah dalam konteks ini, berdasarkan kasus 3 apabila ditanyakan manakah yang termasuk pembahasan ekonomi mikro dan mana yang termasuk dalam pembahasan ekonomi makro.

Maka dapat disimpulkan bahwa yang termasuk pembahasan Ekonomi Mikro yaitu : Perusahaan yang menentukan harga air kemasan tersebut, dan juga kemunculan perusahaan yang lain yang memproduksi air kemasan karena keuntungan dari perusahaan terdahulu.

Kemudian yang termasuk pembahasan Ekonomi Makro yaitu perkembangan perusahaan memberikan sumbangan (kontribusi) pada produk nasional (pendapatan nasional) dan munculnya perusahaan yang memproduksi air minum kemasan ini akan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.